Makhluk Spiritual - Spiritual Society of Indonesia

Breaking

Post Top Ad

SPIRITUAL SOCIETY

Post Top Ad

SPIRITUAL SOCIETY

Jumat, 20 Juli 2018

Makhluk Spiritual

RASI - Masyarakat Spiritual Indonesia


Ada sebuah ungkapan menarik dari seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chardin, “Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, kita adalah makhluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi.”

Manusia bukanlah “makhluk bumi” melainkan “makhluk langit”. Kita adalah makhluk spiritual yang kebetulan sedang menempati rumah kita di bumi. Tubuh kita sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita.

Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di dunia. Tetapi, tubuh ini lama kelamaan akan rusak dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Pada saat itulah jiwa kita akan meninggalkan ”rumah” untuk mencari ”rumah” yang lebih layak. Keadaan ini kita sebut meninggal dunia. Jangan lupa, ini bukan berarti mati karena jiwa masih akan mengalami sebuah perjalanan.

Sabda Rasulullah :
Ù…َØ«َÙ„ُ الَّØ°ِÙŠْ ÙŠَØ°ْÙƒُرُ رَبَّÙ‡ُ ÙˆَالَّØ°ِÙŠْ لاَ ÙŠَØ°ْÙƒُرُ رَبَّÙ‡ُ Ù…َØ«َÙ„ُ الْØ­َÙŠِّ ÙˆَالْÙ…َÙŠِّتِ
“Permisalan orang yang berdzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berdzikir kepada Allah adalah seperti orang yang hidup dan mati.” (HR. Al-Bukhariy)

Jika di Alam RASI, metode Dzikir/Tertib senantiasa dilakukan secara sendiri pun jamaah, maka itulah cara kita agar kita tidak menjadi mayat yang sedang berjalan. Bukanlah sosok jasad yang hanya tertuntun atas akal dan olah pikir semata. tetapi terbimbing oleh Nur Kuasa Ilahi (Ruuhi) yang sudah diaktivasi melalui prosesi pewarisan atau penuntunan.

Guru/Mursyid kita Abang Bulganon Amir serta pembina dan pengayom kita senantiasa mengingatkan untuk melakukan Dzikir setiap saat & dimana saja, agar sinar kuasa itu semakin karib dan intim dengan jasad kita hingga akhirnya mewarnai seluruh gerak dan pikiran kita. Hingga pada akhirnya kita senantiasa diperjalankan di atas kehendak-Nya. Karna hanya kepada-Nya-lah segala sesuatu bergantung. laa hawla wa laa quwwata illa billah | Hamba tidaklah bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa menolak sesuatu, juga tidak bisa memiliki sesuatu selain kehendak Allah.

Andi Miswar | Palu, 21 Juni 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here