Memaklumi adalah Kesejatian Spiritual - Spiritual Society of Indonesia

Breaking

Post Top Ad

SPIRITUAL SOCIETY

Post Top Ad

SPIRITUAL SOCIETY

Sabtu, 30 Juni 2018

Memaklumi adalah Kesejatian Spiritual


"Ana al-Haqq" (Akulah sang kebenaran), Kata-kata ini mengguncang dan menggetarkan nurani jagat raya manusia. Ucapan itu bagai halilintar menggelegar yang menghantam dan meluluhlantakkan bumi manusia. Sahl at-Tustari, Syaikh Junaid dan Syibli, para guru sekaligus sahabat-sahabatnya, terpana dan syok berat.

Oh, Hallaj, letakkan kau tak sebarkan rahasia Tuhan untuk publik semacam itu. Mereka tak paham. Biarlah kata-kata itu menjadi milik hati kita saja?

Para pakar pengetahuan agama eksoterik, literal, konservatif dan ortodoks: para ahli fiqh dari segala aliran, para ahli hadits, dan para teolog, meradang dan marah luar biasa. Tunjukkan jumlah besar yang terjadi di mana-mana, di seluruh negeri. Puluhan otoritas agama eksoterik itu menghimpun tandatangan dan berebut membubuhkannya, menuntut kematiannya. Mereka mengeluarkan fatwa: "Bu * eh dia, dar * hnya halal ditumpahkan."

Tatkala tiba hari Mansur Al-Hallaj akan dipenggal, dia menyuarakan do'a pada Allah,
“ Wahai Tuhan, mereka semua yang sedang berhubungan di sini adalah hamba-hambamu yang berusaha membunuhku demi kefanatikannya terhadap agama-Mu, dan juga dengan alasan untuk mendekatkan diri mereka untuk-Mu. Oleh karena itu, ampunilah mereka semua. Seandainya Kau menerima pengetahuan yang Kau terima, niscaya mereka tidak akan menyetujui yang diminta di aku“.

Demikianlah bentuk permakluman atas dasar cinta kasih sayang yang disetujui Al-Hallaj atas eksekusi yang dilakukan [juga] atas nama Tuhan.

Memaklumi adalah Kesejatian Spiritual

Mursyid / Guru Kita Abang Bulganon Amir, membahas dan mengingatkan kepada kita sekalian, tentang tingkat kemuliaan adalah pada cara memahami dan memaklumi segala sesuatu yang menghasilkan penemuan. "Kita tidak bisa mengharapkan orang lain memecahkan dan memaklumi kita, tetapi kita harus bisa memahami dan memberi permakluman atas apa yang dipikirkan dan dilakukan oleh orang lain atas ketidakmengertian dan mengganti mereka".

Atas segala fenomena itu, hadir dalam diri kita adalah bentuk kesyukuran atas Kemudahan terbukanya jilbab dan cara pandang kita atas segala fenomena hidup dan kehidupan. JIka kita berhasil melewati perjalan diri kita, maka kita akan menemukan: betapa dulu kita sering menganiaya diri kita sendiri. Betapa kita mudah terjebak ke dalam su
atu tempat yang tak jelas juntrungannya. Ataupun sangat mudah kita terpedaya atas godaan sesuai akal berpikir kita.

Akhirnya akhirnya kita bisa melihat fenomena lebih mudah, mudah dan sederhana. Darimana asal muasal cara pandang itu bukan dari Zat Kuasa Allah ( Ruuhi ) dalam diri kita yang sudah dan sedang menyinari jiwa, qalb, hati dan pikiran (fuad) kita.

“… Barang siapa yang sungguh-sungguh datang kepada Kami, pasti kami akan tunjukkan jalan-jalan Kam i… (QS: Al ankabut: 69)

andi miswar | palu, 30 juni 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here